Tips

Apa itu Peer-to-peer (P2P) Lending? Awas terjerat Pinjol Ilegal

Bijaklah dalam melakukan pinjaman, apalagi akhir-akhir ini banyak orang terjerat Pinjaman Online (Pinjol) atau Peer-to-peer (P2P) lending. Awas pinjol ilegal!

Lalu apa itu Peer-to-peer (P2P) lending? menurut beberapa sumber yang kami dapatkan ini adalah bentuk alternatif pembiayaan di mana investor individu dan institusi meminjamkan uang kepada peminjam secara langsung dan transparan melalui platform online.

Di Indonesia, layanan fintech lending telah tersedia sejak awal tahun 2000-an ketika pertama kali diperkenalkan oleh perusahaan e-commerce seperti KPR Internet dan Toko Online. Namun, baru pada tahun 2017 pemberi pinjaman digital mulai populer karena tarifnya yang lebih kompetitif dibandingkan dengan produk pinjaman bank tradisional.

Indonesia memiliki jumlah perusahaan fintech lending terbesar di dunia, dengan lebih dari 20.000 perusahaan yang terdaftar dan beroperasi.

Dalam industri fintech lending, yang juga dikenal sebagai peer-to-peer (P2P) lending, teknologi informasi digunakan untuk menghubungkan peminjam dengan pemberi pinjaman. Peminjam dapat meminjam uang dalam waktu yang relatif singkat dan dengan persyaratan yang tidak terlalu ketat dibandingkan ketika mereka mengambil pinjaman dari bank.

Perbedaan Peer-to-peer (P2P) lending dan Crowd-funding

Perbedaan utama antara P2P lending dan crowd-funding adalah, pada P2P lending, Anda meminjamkan uang secara langsung kepada orang lain melalui platform online, sedangkan pada P2P lending, Anda berinvestasi di perusahaan atau proyek yang didukung oleh orang-orang yang bersedia mendukung mereka secara finansial. Namun, dalam kedua kasus tersebut, investasi Anda belum tentu dilindungi oleh jaminan pemerintah seperti yang ditawarkan pada rekening tabungan di bank.

Layanan Pinjol populer karena mudah untuk diajukan

Jika Anda sedang mencari pinjaman online (Pinjol), baik untuk membeli mobil atau membayar uang kuliah, Anda mungkin telah mempertimbangkan untuk mendapatkannya dari layanan pinjaman fintech. Popularitas layanan ini telah meningkat berkat suku bunga yang lebih rendah dan aplikasi online yang nyaman.

Namun, ada risiko yang diambil konsumen saat menggunakan layanan ini: beberapa perusahaan membebankan biaya ilegal dan / atau gagal membuat semua pengungkapan yang diperlukan seperti yang dipersyaratkan oleh hukum negara bagian. Hal ini dapat mengakibatkan peminjam membayar suku bunga yang lebih tinggi dari yang mereka harapkan, sehingga menyulitkan mereka untuk membayar kembali uang yang mereka pinjam.

Pinjaman Online untuk Kebutuhan darurat hingga Judi Online

Sebagian besar peminjam ingin menggunakan pinjaman online untuk memenuhi kebutuhan darurat seperti biaya perbaikan, kebutuhan sehari-hari, dan biaya sekolah untuk anak atau saudara mereka.

  • Kebutuhan darurat sering kali tidak terduga dan tidak direncanakan.
  • Anda mungkin memerlukan uang untuk membayar tagihan medis atau perawatan gigi, atau Anda mungkin memerlukan dana untuk menangani masalah hukum seperti tilang lalu lintas dan biaya pengadilan.
  • Keadaan darurat pribadi dapat mencakup perbaikan mobil, perbaikan rumah, atau pengeluaran tak terduga lainnya yang mengancam anggaran Anda.

Sebanyak 3 dari 4 peminjam memperoleh dana dari pinjaman P2P dan membelanjakannya untuk pengeluaran sehari-hari

Survei menemukan bahwa sebagian besar peminjam menggunakan dana untuk pengeluaran sehari-hari seperti biaya makanan, transportasi dan perumahan. Sisanya membelanjakan uang mereka untuk kebutuhan lain seperti pendidikan dan perawatan kesehatan.

APR rata-rata berkisar antara 15 hingga 50 persen per tahun, dengan 30 persen menjadi yang paling umum di antara responden.

Sebagian besar pemberi pinjaman digital menghitung suku bunga berdasarkan tarif tahunan nominal (APR)

APR adalah ukuran biaya kredit, yang merupakan jumlah total yang dibayarkan untuk meminjam uang. APR digunakan untuk membandingkan berbagai pinjaman dan penawaran kartu kredit. APR juga digunakan oleh lembaga keuangan untuk tujuan regulasi dan dalam periklanan.

Perhitungan untuk APR, menggunakan pinjaman sebagai contoh:

  • Jumlah yang dipinjam = £100.000
  • Suku bunga = 5% per tahun, diperparah setiap bulan (0,005)
  • Jangka waktu = 25 tahun

Cari tahu berapa tahun yang dibutuhkan sebelum Anda membayar kembali pinjaman Anda dengan alat ini dari Money Saving Expert

APR sampai 50% Lebih Besar dari Cina dan India

Di Indonesia, rata-rata APR pinjaman online (Pinjol) atau Peer-to-peer (P2P) lending berkisar antara 15 hingga 50 persen per tahun; ini lebih tinggi daripada di Cina (10 persen) dan India (21 persen).

APR adalah tingkat persentase tahunan, yang merupakan biaya kredit termasuk semua biaya dan faktor biaya lainnya kepada peminjam. Ini adalah ukuran seberapa mahal meminjam uang. Ini dihitung dengan membagi total bunga yang dibayarkan selama masa pinjaman atau hipotek dengan jumlah yang dipinjam pada saat awal.

Studi dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ini Hasilnya

Sebuah studi yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa 85% dari pemberi pinjaman digital mengenakan biaya keterlambatan pembayaran rata-rata Rp30.000 (US$2) per hari untuk setiap Rp1 juta yang dipinjam.

Hal ini tidak diatur oleh OJK, yang berarti bahwa peminjam harus membaca perjanjian pinjaman mereka dengan cermat sebelum menandatanganinya.

Jika Anda akan mengambil pinjaman online (Pinjol), pastikan bahwa pinjaman tersebut legal. Anda dapat memeriksa situs web Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di http://www.ojk.go.id/en/index-en.html untuk informasi tentang meminjam dari perusahaan fintech atau bank di Indonesia.

Baca Juga:

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button